Sejauh ini, peneliti
menduga, sejak awal, Jupiter merupakan planet yang rakus. Ia menelan
sebagian besar gas dan debu yang ada di tata surya setelah Matahari
terbentuk. (NASA)
Juno, pesawat ruang angkasa NASA mulai melakukan perjalanannya menuju
ke Jupiter, planet terbesar dalam tata surya kita. Jika tidak ada aral
melintang, pesawat tak berawak itu akan tiba di Jupiter pada Juli, tahun
2016 mendatang.
Setiba di sana, Juno akan mempelajari planet
raksasa itu dari orbitnya dalam kurun waktu 1 tahun planet Bumi. Misi
ini bertujuan untuk membantu para ilmuwan untuk memahami secara lebih
baik bagaimana dan kapan Jupiter lahir. Informasi ini dapat menyibak
bagaimana proses pembentukan planet dan evolusi tata surya kita.
“Kami
juga akan mempelajari bahan pembentuk Jupiter,” kata Scott Bolton,
Principal Investigator Juno, dari Southwestern Research Institute di San
Antonio, Amerika Serikat, seperti dikutip dari laman
Space.com,
7 Agustus 2011. “Kami berupaya memahami struktur di dalamnya, dan
bagaimana ia terbentu. Ini akan membantu kami mengetahui apa yang
terjadi di masa lalu yang kemudian membuat kita semua menjadi ada,”
ucapnya.
Sejauh ini, peneliti menduga, sejak awal, Jupiter
merupakan planet yang rakus. Ia menelan sebagian besar gas dan debu yang
ada di tata surya setelah Matahari terbentuk.
Akibatnya, Jupiter
menjadi raja dari planet-planet yang ada di tata surya. Ia menguasai
dua kali lipat massa dari apapun yang ada di tata surya jika digabung
(kecuali Matahari). Namun demikian, tidak banyak hal yang diketahui oleh
para ilmuwan seputar planet raksasa itu.
Sebagai contoh,
peneliti belum bisa memastikan apakah planet itu punya inti yang padat
yang terdiri dari elemen berat, ataukah ia seluruhnya terbuat dari gas.
Dan yang pasti, belum jelas juga bagaimana dan di mana Jupiter
terbentuk.
Misi Juno senilai USD 1,1 miliar tersebut didesain
untuk menginvestigasi itu dan misteri lainnya. Setelah mengambil tempat
di orbit lonjong planet itu, lima tahun dari sekarang, pesawat ruang
angkasa Juno akan mempelajari atmosfir dan komposisi Jupiter, selain itu
juga memetakan medan magnet dan gravitasi.
Selidiki Air
Juno juga akan mengukur kandungan air pada atmosfir tebal yang
berputar-putar milik Jupiter untuk mengetahui lebih lanjut seputar
kelahiran planet itu. Seperti diketahui, Jupiter yang cukup basah
mengindikasikan bahwa planet itu terbentuk jauh dari Matahari dan
kemudian bermigrasi ke posisi sekarang ini setelah ia terbentuk.
“Kami
akan menggunakan detektor gelombangmikro dan terbang persis di atas
awan Jupiter dan melihat ke bawah pada ketebalan awan yang berbeda untuk
mengukur jumlah air yang ada,” kata Fran Bagenal, Juno co-investigator
asal University of Colorado.
“Sama halnya seperti melakukan CT scan namun terhadap awan tebal Jupiter,” ucap Bagenal. (ren)
sumber:www.teknologi.vivanews.com
0 komentar:
Posting Komentar