Mencaplok Motorola, Google kian berjaya. Berkuasa dari hulu sampai hilir.
Kantor Pusat Google di Mountain View California (AP Photo)
Google Inc., raksasa mesin pencari Internet itu, melempar sebuah
‘bom’ di tengah pertempuran pasar industri online dunia, Senin pekan
lalu. Rilis resmi perusahan itu menyatakan Google mengakuisisi Motorola
Mobility, unit bisnis Motorola yang memproduksi handset telepon seluler.
Nilai akuisisi itu menggiurkan: US$12,5 miliar atau Rp 107
triliun. Tentu, banyak yang tercengang, dan reaksi pasar dilukiskan
begitu beragam. Di tengah ketatnya persaingan, sebagian percaya Google
tinggal selangkah lagi menjadi penguasa dunia Internet. Yang pasti,
jalannya menjadi kampiun kian mulus.
Dalam pertarungan di pasar,
Google sebetulnya sudah berada di depan. Dia sukses mengaduk-aduk pasar
ponsel pintar dan tablet PC, setelah menggaet sejumlah partner yang
memproduksi perangkat berbasis Android.
Kini perang mendekati akhir. Barisan Google akan diperkuat Motorola. Dengan kekuatan itu, seperti dicatat
Financial Times,
perusahaan itu punya akses langsung atas 17.000 paten milik Motorola.
Itu belum ditambah 7.500 paten lain yang masih dalam proses.
Tentu,
paten dan perangkat milik Motorola adalah amunisi penting bagi Google
melumpuhkan para pesaingnya. Mereka adalah Apple, RIM, dan Nokia. Juga
para produsen smartphone lain berbasis Windows, baik dari sisi handset,
ataupun sistem operasi.
Coba tengok hasil pertempuran itu. Data
lembaga riset Comscore untuk pasar Amerika Serikat, per Juni 2011,
menyebutkan Motorola menguasai pangsa pasar ponsel pintar sebesar 14,5
persen. Angkanya memang di bawah Samsung, industri asal Korea Selatan
itu menguasai 25,3 persen, sedangkan LG, 21,3 persen. Tetapi Motorola
ada di atas Apple yang punya 8,9 persen, dan RIM yang hanya 7,9 persen
pasar.
Soal sistem operasi, Google adalah raja dengan menguasi
pasar sekitar 40,1 persen pada periode hingga Juni 2011. Sistem operasi
besutan Apple hanya menguasai 26,6 persen dan BlackBerry OS cuma punya
23,4 persen. Microsoft dan Symbian jauh lebih kecil lagi, 5,8 dan 2
persen pasar.
Mengubah arah
Langkah Google mencaplok
Motorola memang mengejutkan. Nukman Luthfie, seorang praktisi online di
Indonesia, meramalkan peta persaingan akan berubah total. “Selama ini
Google mengembangkan platform Android,” ujar Nukman kepada VIVAnews, 19
Agustus 2011. Dengan akuisisi, Google bisa berubah arah, dari pembuat
platform jadi pembuat ponsel.
Menurut Nukman, seorang online
strategist serta pendiri Virtual Consulting itu, selama Google jadi
pembuat platform, perkembangan Android sudah luar biasa. Dia justru
menginginkan Google tetap sebagai pembuat platform saja. “Kalau ikut
membuat ponsel, ada peluang menjadi tak fair pada partner mereka yang
lain,” ujar Nukman menjelaskan. Misalnya, fitur yang bagus hanya akan
digunakan sendiri oleh Google. Itu sebabnya, sejumlah vendor lain
seperti Samsung, kata Nukman, terlihat mulai kesal.
Tetapi, itu
baru dugaan. Soalnya, ada kemungkinan Google juga ingin bereksperimen
lebih dalam di bidang perangkat telepon bergerak. “Alasan lain, karena
mereka ingin menyelamatkan Motorola, produsen itu punya pangsa pasar
besar di Android,” ujarnya.
Lalu, apakah akuisisi ini
menguntungkan pesaing Android? Nukman tidak memperkirakan demikian.
“Tidak harus seperti itu. Sebab, pasti nantinya akan ada kompromi antara
Google dengan mitranya,” ujarnya.
Menguasai pasar
Dibalik
pembelian Motorola Mobility itu, Nukman menduga Google punya langkah
strategis lain. Ada kemungkinan dia ingin menguasai pasar dari hulu ke
hilir. “Setelah memiliki handset, Google bisa jadi punya rencana
mengakuisisi operator telekomunikasi,” ujarnya. (
Lihat "Infografik Gurita Google")
Kecenderungan
menguasai pasar sudah terlihat. Google ingin menjadi nomor satu
mengalahkan Apple. “Jadi ini lebih ke pertempuran handset dan platform,”
ujar Nukman menambahkan.
Pengamat industri online lainnya, Budi
Putra, mengungkapkan hal serupa. Budi menilai, kalau Google membeli
Motorola karena pangsa pasar, sepertinya tidaklah signifikan. “Yang
tampak jelas dari akuisisi ini adalah Google mengincar paten yang
dimiliki Motorola. Pasalnya, kalau dari sisi hardware, Nokia atau
Samsung masih jauh lebih bagus,” ujar Budi, yang pernah mendirikan Yahoo
Indonesia itu.
Tetapi, Budi menilai akuisisi akan membuat vendor
pengguna Android lainnya merasa "dikhianati". Jika demikian,
kemungkinan besar mereka akan mendekati sistem operasi lain seperti
Windows Phone dan Meego.
“Yang paling diuntungkan oleh akuisisi
ini sesungguhnya Nokia, Apple dan RIM. Market share mereka yang selama
ini tergerus oleh perangkat Android, sekarang bisa dapat angin segar
lagi karena vendor yang kecewa dengan Google tentu akan mencari aliansi
baru,” ujarnya.
Menurut Budi, Google juga tentu akan memanjakan
Motorola. “Akan semakin banyak aplikasi bawaan Google nantinya ditanam
di perangkat Motorola”. Budi juga senada dengan pandangan yang beredar,
bahwa tak mustahil, setelah punya sistem operasi, aplikasi, dan
perangkat ponsel pintar, Google juga akan mengakuisisi operator seluler.
Saling caplok
Langkah
Google mencaplok Motorola juga diramalkan akan memicu aksi serupa di
pasar ponsel. Lembaga investasi Stewart Capital asal Louisiana, Amerika
Serikat, menyebutkan langkah ini merangsang nafsu Samsung Electronics,
dan atau Microsoft Corp untuk membeli Research In Motion (RIM), si
produsen BlackBerry.
Salah satu faktor pendukungnya, RIM,
perusahaan yang nilainya sempat ditaksir US$83 miliar itu, kini sedang
merosot akibat pasarnya tergerus produk iPhone milik Apple, dan
smartphone berbasis Android.
Stewart Capital menyebutkan, jika
ada yang mencaplok RIM, maka perusahaan itu akan menjadi pemain dominan.
Soalnya, mereka punya sistem operasi sendiri, dan menawarkan keamanan
lebih, karena memiliki server email sendiri.
Nilai RIM sendiri,
sejak mencapai puncaknya pada 2008 lalu, turun hampir sebesar US$79
miliar. Menurut data yang dimiliki Bloomberg, penurunan harga saham ini
merupakan terbesar di antara penyedia perangkat komunikasi.
“Akuisisi
RIM di pasar yang kian dikuasai oleh Google dan Apple, adalah langkah
potensial,” kata Malcolm Polley, Chief Investment Officer Stewart
Capital. “Membeli RIM sangat masuk akal bagi Samsung yang tiba-tiba
mendapati Google kini telah menjadi kompetitor. Langkah itu juga dinilai
bermanfaat bagi perusahaan seperti Microsoft yang berupaya masuk ke
pasar telepon genggam,” ucapnya.
RIM, pesaing potensial
Analis
dari Morgan Keegan, William Blair and Detwiler Fenton & Co.
mengatakan hanya Samsung lah perusahaan paling memungkinkan membeli RIM.
Mengapa?
Samsung, yang bersusah payah menjual handset berbasis
Bada, sistem operasi buatannya sendiri, meraih untung setelah menjual
ponsel bersistem operasi Android. Perjanjian Google dan Motorola mungkin
akan membuat Motorola, pesaing Samsung, punya akses lebih dini atas
teknologi terbaru Android.
“Satu-satunya cara memenangkan
pertempuran di medan yang kini dikuasai oleh produsen sistem operasi,
adalah dengan punya sistem operasi sendiri,” kata Tavis McCourt, analis
dari Morgan Keegan. “Kini tinggal satu perusahaan di dunia tersisa yang
punya sistem operasi sendiri, dan punya jumlah pengguna cukup, itu
adalah RIM,” ujarnya menambahkan.
Peluang itu agak tipis bagi
Microsoft. Soalnya, perusahan software itu terikat perjanjian dengan
Nokia – produsen ponsel terbesar di dunia berdasarkan volume penjualan –
dalam hal pembuatan ponsel pintar berbasis Windows Phone 7. Jadi,
kesempatannya mencaplok RIM tidak besar.
Lalu, apa yang akan
terjadi dengan Android jika para partner Google kecewa karena
dianaktirikan setelah pemilik sistem operasi itu memilih Motorola?
Droid
Phone Reviews, menilai jika Google kelak mengambil langkah serupa yang
dilakukan oleh Apple, yakni mengintegrasikan hardware dan software
sendiri tanpa partner, ada kemungkinan produsen handset di luar Motorola
tersingkir, dan mereka akan sulit mendapatkan inovasi terbaru Android.
Bila
sudah begitu, Google boleh berharap Motorola segera menjadi pemain
dominan di pasar ponsel pintar dalam satu-dua tahun ke depan. Jika
tidak, era kejayaan sistem operasi Android mungkin juga turut redup. (
Baca juga "Google-Google yang Gagal"). Apalagi jika Google gagal membangun hubungan serasi dengan partner mereka di luar Motorola.(np)
sumber:www.sorot.vivanews.com